Skip to main content

Pengertian Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Table of Content [ ]

Pojokbaca.org - Menurut Haryati (2012:1), pendidikan di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan, khususnya dari segi kualitasnya, karena hasilnya belum juga seperti yang diinginkan. Satu di antara tandanya ialah Human Development Indeks (HDI) atau index daya saing bangsa, yang disebut salah satu hasil pendidikan yang memprihatinkan. Di tahun 2012 HDI bangsa Indonesia berada pada rangking 114 dari 117 negara yang ditelaah, turun dari 113 pada 3 tahun terakhir.

Di antara komponen-komponen pendidikan lainnya, aktivitas proses belajar-mengajar sebagai factor yang paling dominan pemasti kesuksesan atau keefektifan pendidikan. Sudah banyak usaha dilaksanakan pemerintahan dan penopang kebutuhan pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tetapi hanya sedikit memecahkan permasalahan itu.

Model pembelajaran yang dipakai pun hanya sedikit memberikan fasilitas peserta didik untuk belajar secara aktif (active learning), kooperatif (cooperative learning), dan kontekstual (contextual teaching-learning). Sebagai akibatnya pembelajaran semakin banyak dikuasai pengajar hingga aktivitas peserta didik (time on task) kurang maksimal.

Model pembelajaran adalah sisi dari susunan pembelajaran yang mempunyai lingkup yang luas. Di dalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik pembelajaran. Satu diantara faktor penting dari sebuah model pembelajaran ialah sintaks (syntax), yang disebut langkah-langkah baku yang perlu dilakukan dalam implikasi model itu.

Sintaks semestinya tercermin dalam beberapa langkah pembelajaran terutamanya yang diperinci dalam aktivitas pokok pembelajaran. Dalam meningkatkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau SAP (Satuan Acara Perkuliahan) yang mengaplikasikan satu model pembelajaran tertentu, semestinya rutinitas pengajar menggambarkan sintaks-sintaks model pembelajaran yang diputuskan, demikian pula rutinitas pembelajar semestinya menggambarkan bagaimana sikap dan model hubungan yang dipersyaratkan.

Pengajar sebagai pengembang RPP semestinya mempunyai pengetahuan yang ideal mengenai beberapa model pembelajaran hingga implikasinya dalam pembelajaran tepat dan tujuan pembelajaran dapat terwujud secara efisien. (Sarwanti, 2016:1).

Dalam realitanya ada banyak pengajar cuma memakai model pembelajaran konvensional yakni dengan memakai metode ceramah yang mengakibatkan mahasiswa pasif yang tidak sesuai pola pendidikan saat ini yakni student centered, yang berbasiskan pembelajaran aktif.

Menurut AUSAID (2010) dalam Sudarmin (2016:2) mengartikan Pembelajaran aktif ialah satu proses pembelajaran dengan tujuan mendayagunakan pelajar supaya belajar dan pembelajaran selalu memakai bermacam langkah/strategi secara aktif.

Dengan begitu dalam pembelajaran aktif (active learning) ditujukan untuk memaksimalkan pemakaian semua kemampuan yang dipunyai oleh pelajar, hingga semua pelajar bisa menggapai hasil belajar yang memberikan kepuasan sesuai karakter individu yang dipunyai pelajar. Selain itu pembelajaran aktif ditujukan untuk menjaga perhatian pelajar supaya terus tertuju dalam proses pembelajaran.

Keefektifan dari model pembelajaran aktif diperlihatkan pada beberapa riset yang menunjukkan jika perhatian pelajar menyusut bertepatan dengan berlalunya waktu. Riset Pollio (1984) memperlihatkan jika pelajar dalam ruang kelas cuma memerhatikan pelajaran kurang lebih 40% dari waktu pembelajaran yang ada.

Sementara riset Mc Keachie (1986) mengatakan jika dalam sepuluh menit pertama perthatian pelajar bisa capai 70%, dan menyusut sampai jadi 20% di saat 20 menit paling akhir. Keadaan tersebut di atas merupakan keadaan umum yang biasa terjadi di lingkungan sekolah.

Masalah ini mengakibatkan kerapnya terjadi ketidakberhasilan di dunia pendidikan di Indonesia, khususnya dikarenakan pelajar di ruang kelas lebih banyak memakai indra pendengarannya dibanding visual, hingga apa yang didalami di kelas itu condong untuk dilupakan; seperti yang diutarakan Confucius dalam USAID (2010) yakni;

  1. Apa yang saya dengar, saya lupa
  2. Apa yang saya saksikan, saya ingat
  3. Apa yang saya kerjakan, saya memahami

Ketiga pernyataan Confucius ini mengutamakan pada keutamaan belajar aktif supaya apa yang didalami di bangku sekolah tidak jadi suatu hal yang percuma. Pernyataan di atas sekalian menjawab persoalan yang kerap ditemui pada proses pembelajaran di Indonesia, yakni tidak tuntasnya kepenguasaan pelajar pada materi pembelajaran.

Pembelajaran aktif (active learning) sesungguhnya benar-benar sesuai pendekatan saintifik sebagai pembelajaran yang mengedepankan proses ilmiah.

Oleh karena itu, Kurikulum 2013 memercayakan para guru untuk mengutamakan pembelajaran aktif dan mengaplikasikan pendekatan ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah mengarah pada tehnik-tehnik investigasi atas peristiwa / tanda-tanda, mendapatkan pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadankan pengetahuan awalnya.

Agar bisa dikatakan ilmiah, metode penelusuran harus berbasiskan pada bukti2 dari object yang bisa diamati, empiris, dan terarah dengan beberapa prinsip penalaran yang detil. Karenanya, metode ilmiah biasanya berisi serial rutinitas pengoleksian data lewat pengamatan dan ekperimen, selanjutnya memformulasi dan menguji hipotesis.

Pembelajaran aktif (active learning) mencakup semua model, strategi, pendekatan atau metode yang dipakai dalam pembelajaran untuk mengikutsertakan (engaging) pembelajar supaya bisa melakukan pembelajaran atau perkuliahan secara aktif.

Bonwell dan Eison (1991) memvisualisasikan pembelajaran aktif yang kurang lebih mempunyai arti sebagai berikut; "Walau istilah 'pembelajaran aktif' tak pernah diartikan secara pas dalam literatur pendidikan, beberapa karakteristik umum biasanya berkaitan dengan pemakaian strategi yang mempromokan pembelajaran aktif di kelas:

  • Pelajar turut serta aktif lebih dari sekadar mendengarkan,
  • Lebih sedikit di penekanan yang diletakkan pada transmisi info dan lebih ke peningkatan ketrampilan pelajar,
  • Pelajar turut serta dalam aktivitas (misalkan membaca, berunding, dan menulis), ∙ Penekanan yang semakin besar diletakkan pada eksplorasi pelajar terhadap sikap dan nilai mereka sendiri " (Ragains, 1995 dalam DBE 2-USAID, 2010: 46).

Selanjutnya diterangkan jika pembelajaran aktif ialah pembelajaran yang mengikutsertakan pembelajar untuk melaksanakan suatu hal dan berpikir berkenaan apa yang dijalankannya. Dengan begitu esensi pembelajaran aktif sebenarnya ialah belajar bagaimana caranya belajar (learn how to learn).

Bruce Lee (Beattie, S, 2005) dengan tegas mengutarakan yang kurang lebih memiliki makna bahwa, "Belajar jelas tidak cuma mencontoh, bukan kemampuan untuk menghimpun dan memuntahkan pengetahuan yang tetap. Belajar ialah proses penemuan yang konstan, proses tanpa akhir ". Jelas jika pembelajaran sebaiknya bukan hanya mencontoh atau mengulang. Pembelajaran merupakan proses menemukan secara terus-terusan, sehingga mesti fokus pada pembelajar.

Rujukan :

  • Haryati, Sri. 2017. "Belajar dan Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Kooperatif".
Article Policy: Diperbolehkan mengambil sebagian artikel ini untuk tujuan pembelajaran dengan syarat menyertakan link sumber. Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam karya kami.
Tutup Komentar