Skip to main content

Eksperimen Teori Pavlov dan Prinsip Pokok Eksperimen Pavlov

Table of Content [ ]

Pojokbaca.org - Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan sikap sebagai akibat dari terdapatnya hubungan antara stimulan dan tanggapan. Seseorang dipandang sudah belajar suatu hal bila dia bisa memperlihatkan perubahan pada kelakuannya. Menurut teori ini yang terpenting ialah saran atau input yang berbentuk stimulan dan keluaran / output yang berbentuk tanggapan.

Stimulan merupakan apa saja yang diberi pengajar ke pembelajar, sedangkan tanggapan ialah reaksi atau respon pembelajar pada stimulan yang diberi oleh pengajar itu. Factor lain yang dipandang penting oleh aliran behavioristik yaitu factor pengukuhan (reinforcement).

Teori Belajar Menurut Pavlov

Pavlov merupakan satu dari banyaknya tokoh yang mengemukakan pendapatnya yang kini populer dalam ranah pendidikan mengenai teori belajar behavioristik. Wujud paling simpel dalam belajar yaitu conditioning. Sebab conditioning benar-benar simpel bentuknya dan benar-benar luas karakternya, beberapa pakar kerap mengambilnya sebagai contoh untuk menerangkan beberapa dasar dari seluruh proses belajar.

Peletak dasar teori conditioning yakni Ivan Petrovich Pavlov. Secara kebenaran conditioning refleks (psychic refleks) diketemukan oleh Pavlov di saat dia sedang mempelajari peranan perut dan mengukur cairan yang dikeluarkan dari perut saat anjing (binatang eksperimennya) sedang makan.

Saat Pavlov mengukur sekresi perut ketika anjing memberi respon bubuk makanan ia menyaksikan kalau cukup dengan menyaksikan makanan sudah mengakibatkan anjing mengeluarkan air liur. Tidak hanya itu, saat anjing mendengar langkah kaki juga mengeluarkan air liur. Sebelumnya Pavlov memandang tanggapan itu sebagai reflek "psikis".

Bagaimana Pavlov Melakukan Eksperimen ?

Menurut Pavlov (1927), dia melaksanakan eksperimen pada anjing. Anjing itu diberinya makanan dan lampu/bel. Di saat diberi makanan dan lampu, keluarlah tanggapan anjing itu berbentuk keluarnya air liur. Di saat lampu dinyalakan mendahului makanan, anjing itu mengeluarkan air liur.

Makanan yang diberi itu oleh Pavlov dikatakan sebagai perangsang tidak bersyarat (unconditioned stimulus), sementara lampu/bel yang menyertai dikatakan sebagai perangsang bersyarat (conditioned stimulus). Pada perangsang tidak bersyarat (makanan) yang dibarengi dengan perangsang bersyarat (lampu/bel) itu, anjing memberi tanggapan (keluarnya air liur) (unconditioned renponse).

Setelah itu, saat perangsang bersyarat (lampu/bel) diberi tanpa perangsang tidak bersyarat, anjing masih memberi tanggapan berbentuk air liur. Lebih lanjut mengenai eksperimen Pavlov sebagai berikut ini:

Berikut tahapan uji coba serta keterangannya dari gambar di atas:

  1. Gambar ke-1. Saat anjing diberi makanan (unconditioned stimulus), secara otomatis anjing akan keluarkan air liur (unconditioned respons).
  2. Gambar ke-2 . Saat anjing diperdengarkan bunyi bel, anjing tidak memberi respon atau mengeluarkan air liur.
  3. Gambar ke-3 . Dalam uji coba ini anjing dikasih makanan sesudah dikasihkan bunyi bel lebih dulu, sehingga anjing bakal mengeluarkan air liur karena pemberian makanan.
  4. Gambar ke-4. Sesudah perlakukan ini dilaksanakan berkali-kali, maka saat anjing mendengarkan bunyi bel (conditioned stimulus) tanpa diberi makanan, secara otonom anjing akan memberi tanggapan berbentuk keluarnya air liur dari mulutnya (conditioned response).

Apa yang Terjadi saat Pavlov Melakukan Eksperimennya ?

Pavlov menyampaikan empat kejadian uji cobanya pada proses belajar sebagai berikut ini:

  1. Stimulan tidak terkondisi, sebagai satu kejadian lingkungan yang melalui potensi bawaan bisa memunculkan refleks pada organisme. Contoh: makanan
  2. Stimulan terkondisi, sebagai kejadian lingkungan yang memiliki sifat netral yang dipasangkan dengan stimulan tidak terkondisi. Contoh: Bunyi bel merupakan stimulan netral yang dipasangkan dengan stimulan tidak terkondisi berbentuk makanan.
  3. Tanggapan tidak terkondisi, sebagai refleksi alami yang muncul secara otomatis atau mungkin dengan sendirinya. Contoh: keluarnya air liur
  4. Respons terkondisi, sebagai refleks yang didalami dan tampak akibatnya karena penyatuan perangsang tak bersyarat dan perangsang bersyarat yang terus-terusan. Contoh: keluarnya air liur karena penyatuan bunyi bel dengan makanan atau sesudah anjing mendengar bel.

Hasil dari Eksperimen Pavlov

Dari uji coba yang dilaksanakan Pavlov pada satu ekor anjing menciptakan hukum-hukum belajar, antara lain:

  1. Law of Respondent Conditioning yaitu hukum pembiasaan yang dituntut. Bila dua jenis stimulan didatangkan secara bersama-sama (yang di antaranya berperan sebagai reinforcer), jadi refleks dan stimulan yang lain akan bertambah.
  2. Law of Respondent Extinction yaitu hukum pembasmian yang dituntut. Bila refleks yang telah diperkokoh lewat respondent conditioning itu dihadirkan kembali tanpa mendatangkan reinforcer, maka kemampuannya akan turun.

Karena perangsang bersyarat (lampu/bel) bisa digunakan sebagai alternatif perangsang tidak bersyarat (makanan) dan rupanya bisa memunculkan tanggapan, maka bisa berperan sebagai conditioned. Karenanya, teori Pavlov dikenal juga dengan teori respondent conditioning dan classical conditioning.

Menurut Pavlov, pengkondisian yang dilaksanakan pada anjing, dapat berlaku untuk manusia. Menurut Pavlov tanggapan dikendalikan oleh pihak luar, pihak inilah yang memastikan kapan dan apa yang bakal diberi sebagai stimulan.

Peran orang yang belajar memiliki sifat pasif karena untuk melangsungkan tanggapan memerlukan satu stimulan tertentu.. Stimulan yang tidak termonitor (unconditioned stimulus) memiliki jalinan dengan pengokohan. Stimulan itu sendirilah yang mengakibatkan terdapatnya pengulangan tingkah laku dan berperan sebagai penguat.

Prinsip Pokok dalam Eksperimen Pavlov

Ada empat prinsip pokok dalam uji coba Ivan Pavlov, di antaranya:

1. Tahap penguasaan (Acquisitions)

Sebagai tahap belajar permulaan dari tanggapan keadaan. Contoh: anjing belajar mengeluarkan air liur sebab pengkondisian suara bel. Faktor-faktor bisa memengaruhi kecepatan conditioning selama tahap pemerolehan. Factor yang paling penting yaitu posisi dan waktu stimulan.

Conditioning terjadi paling singkat saat stimulan keadaan (suara bel) mendahului stimulan pokok (makanan) dengan selang waktu 1/2 detik. Conditioning memakan waktu lebih lama dan tanggapan yang terjadi kurang kuat jika dilaksanakan penangguhan yang lama di antara pemberian stimulan keadaan dengan stimulan pokok. Kalau stimulan keadaan mengikuti stimulan pokok.

Contoh apabila anjing menerima makanan saat sebelum bel mengeluarkan bunyi maka conditioning jarang terjadinya.

2. Tahap eliminasi (ekstinction)

Dalam uji coba ini bagaimana cara untuk membuat sikap anjing supaya saat bunyi bel diberi dia akan memberi respon dengan mengeluarkan air liur, meskipun tanpa diberi makanan. Karena sebelumnya, anjing tidak memberi respon apapun saat mendengar bunyi bel.

Apabila anjing secara terus-terusan diberi stimulan berbentuk bunyi bel dan mengeluarkan air liur tanpa diberi sebuah hadiah berbentuk makanan, maka kekuatan stimulan terkondisi (bunyi bel) untuk memunculkan tanggapan (air liur) akan raib. Masalah ini disebutkan dengan extinction atau penghilangan.

3. Tahap generalisasi (generalitation)

Sesudah satu ekor hewan sudah belajar tanggapan akan kondisi dengan 1 stimulan ada peluang dia memberi respon stimulan yang serupa tanpa latihan lanjutan. Kalau seorang anak digigit oleh satu ekor anjing hitam besar, anak itu tidak cuma takut ke anjing itu, tetapi takut ke anjing yang semakin besar.

Peristiwa ini disebutkan generalisasi. Stimulis yang kurang intensif umumnya mengakibatkan generalisasi yang kurang intensif. Contoh, anak itu ketakutannya jadi menyusut pada anjing yang lebih kecil.

4. Tahap diskriminasi (discrimination)

Kontradiksi dari generalisasi yaitu diskriminasi. Jika generalisasi mengarah pada tendensi untuk memberi respon beberapa stimulis yang berkaitan dengan tanggapan yang digunakan sepanjang pelatihan. Diskriminasi merujuk pada tendensi untuk memberi respon deretanan stimulis yang sangat terbatas/cuma pada stimulis yang dipakai sepanjang pelatihan saja.

Saat seseorang belajar menghasilkan tanggapan keadaan pada satu stimulan dan tidak dari stimulan yang serupa tetapi keadaannya tidak sama. Sebagai contoh, anak akan menunjukkan tanggapan takut pada anjing liar yang galak, tetapi kemungkinan juga menunjukkan rasa tidak takut saat anjing galak diikat atau terkurung dalam kandang.

Perhatian Pokok dalam mengaplikasikan Teori Pavlov

Beberapa hal yang perlu jadi perhatian dalam mengaplikasikan teori belajar menurut Pavlov yaitu beberapa ciri kuat yang memicunya yakni:

  1. Mengutamakan dampak lingkungan,
  2. Mengutamakan beberapa bagian,
  3. Mengutamakan peran reaksi,
  4. Memprioritaskan proses terciptanya hasil belajar lewat proses stimulan tanggapan,
  5. Mengutamakan peran kekuatan yang telah tercipta awal mulanya,
  6. Mengutamakan pembentukan rutinitas lewat latihan dan pengulangan,
  7. Hasil belajar yang diraih ialah timbulnya sikap yang diharapkan.
Article Policy: Diperbolehkan mengambil sebagian artikel ini untuk tujuan pembelajaran dengan syarat menyertakan link sumber. Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam karya kami.
Tutup Komentar